Khutbah Menjelang Hari Raya Idul Adha
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ كَمَا أَمَرَ. قَالَ اللهُ تَعَالى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Pada kesempatan yang sangat berharga ini, kami wasiatkan kepada diri kami juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sebenar-benarnya takwa.
Kemudian mewujudkan takwa tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan melaksanakan segala perintah Allah subhanahu wata’ala dan menjauhi setiap larangan-Nya.
Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Alhamdulillah, tahun ini Allah subhanahu wata’ala masih memberi kita kesempatan untuk berjumpa dengan penghujung waktu menjelang hari raya Idul Adha.
Pada kesempatan kali ini, kami ingin menyampaikan tiga Hal penting terkait ibadah kurban.
Semoga ini dapat menjadi wasilah meningkatnya iman dan takwa kita kepada Allah subhanahu wata’ala dan terciptanya suasana ibadah yang khusyuk serta kondusif di bawah ketentuan yang telah termaktub dalam syariat Islam.
Hal pertama: Jaga hati dari segala penyakit
Allah subhanahu wata’ala mengaruniai kita hati dalam kondisi yang bersih dan istimewa. Maka, mari kita jaga kebersihan hati kita masing-masing dari segala bentuk penyakit hati.
Bagi saudaraku yang tahun ini Allah subhanahu wata’ala karuniai kemampuan untuk bisa berqurban, mari jaga hati.
Jadikan Qurban kita selalu dalam bingkai niat ikhlas lillahi Ta’ala. Bukan dalam rangka unjuk kekayaan. Bukan dalam rangka unjuk kehormatan. Bukan dalam rangka menunjukkan keunggulan harta kita dari saudara yang lain.
Ingatlah, tujuan utama dari adanya syariat Qurban adalah taqarrub kepada Allah subhanahu wata’ala. Dengan sembelihan yang kita persembahkan, kita hanya mengharap agar semakin dekat dan semakin cinta kepada Allah subhanahu wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala berfiman dalam surat al-Hajj ayat 37,
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ
“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.”
Bagi saudaraku yang tahun ini saling berbeda hari dalam pelaksanaan shaum Arafah dan pelaksanaan shalat Idul Adha, mari jaga hati.
Ingatlah, para ulama kita telah berpesan, perbedaan pendapat dalam masalah fikih, selama bukan dalam ruang lingkup Ijma’ ulama, maka itu adalah perbedaan pendapat yang tidak boleh dicela. Tidak boleh kita saling mencela. Tidak boleh kita saling nyinyir, saling membully, apalagi saling bermusuhan.
Seorang ahli ilmu saja tidak boleh memaksa umat untuk mengikuti pendapatnya, apalagi kita yang masih awam miskin ilmu. Sungguh tidak layak kita memaksa orang lain harus mengikuti pendapat pilihan kita.
Silakan pilih pendapat ulama yang Anda yakini paling mendekati kebenaran tanpa harus saling mencela pihak lain yang memilih pendapat ulama yang berbeda.
Mari sama-sama berusaha mendekati kebenaran. Mari sama-sama berilmu dalam beramal. Mari sama-sama mengikuti petunjuk para ulama ahli ilmu dalam beramal.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
فَاسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Mari jadikan perbedaan pendapat dalam perkara ijtihadi ini sebagai sebuah nikmat dari Allah subhanahu wata’ala. Melalui perbedaan tersebut, kita berhusnuzhan kepada Allah, barang kali ini adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-Nya. Supaya hamba-Nya tidak merasa berat dalam melaksanakan syariat-syariat-Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini,
شِرَارُ عِبَادِ اللهِ الْمَشَّاءُونَ بِالنَّمِيمَةِ، الْمُفَرِّقُونَ بَيْنَ الْأَحِبَّةِ، الْبَاغُونَ الْبُرَآءَ الْعَنَتَ
“Seburuk-buruk hamba Allah ialah orang-orang yang suka mengadu domba, suka memecah belah antara orang-orang yang saling mengasihi, serta mereka yang suka berbuat zalim, mencerai-beraikan manusia dan selalu menimbulkan kesusahan.” (HR. Ahmad, 2/400, dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah No. 2849)
Hal kedua: Muliakan hari raya Idul Adha
Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Hari Raya Idul Adha adalah hari yang paling mulia bagi umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang diriwayatkan oleh imam Abu Daud dalam kitabnya, Sunan Abi Daud, hadits nomor 1765,
إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ
“Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah adalah hari penyembelihan.”
Maka, mari kita muliakan hari yang telah Allah subhanahu wata’ala muliakan ini.
Mari persiapkan diri dengan baik sebelum menuju tempat shalat Idul Adha. Bersihkan diri dari hadats dan najis. Pakai pakaian terbaik yang suci. Pakai parfum terbaik yang dimiliki. Lalu berjalan menuju tempat shalat Idul Adha dengan tenang sambil bertakbir dan bertahlil.
Ikuti prosesi shalat Idul Adha dengan khusyuk semaksimal mungkin. Setelah itu, duduk tenang mendengarkan khutbah Idul Adha yang disampaikan oleh khatib. Dengarkan dengan seksama nasehat dan wasiat yang disampaikan dalam khutbah. Hindari perbuatan yang sia-sia saat mendengarkan khutbah. Jangan ngantuk, apalagi tidur.
Hal ketiga: Pahami syariat Islam terkait penyembelihan hewan Qurban
Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Setelah khatib turun dari mimbar khutbah Idul Adha, syariat berikutnya adalah syariat penyembelihan hewan Qurban.
Dalam syariat penyembelihan hewan Qurban, ada banyak hal yang harus dipahami dengan baik oleh kaum muslimin terutama yang terlibat dalam penyembelihan hewan Qurban.
Para ulama fikih membolehkan mewakilkan pembelian dan penyembelihan hewan Qurban kepada pihak lain yang dapat dipercaya.
Sehingga, panitia Qurban sejatinya adalah wakil dari orang yang berqurban.
Ketika orang yang berqurban menyerahkan hewan Qurban kepada panitia, itu bukan berarti panitia berposisi sebagai penerima Qurban, tapi proses mewakilkan.
Panitia posisinya sebagai sekelompok orang yang secara suka rela bersedia diri sebagai wakil dalam memproses penyembelihan hewan Qurban hingga distribusi.
Maka, panitia harus amanah. Panitia sama sekali tidak boleh menjual dagingnya, kulitnya, kepalanya, atau bagian mana pun dari hewan Qurban yang dititipkan kepadanya, sebagaimana shahibul Qurban yang juga tidak dibolehkan menjualnya.
Kemudian orang yang menitipkan hewan Qurbannya kepada panitia juga harus memahami Bahwa karena tidak mampu dalam proses penyembelihan hewan Qurbannya sendiri, lalu ia mewakilkan penyembelihan dan pendistribusian hewan Qurban miliknya kepada panitia.
Maka, segala sesuatu yang dibutuhkan oleh panitia, hendaknya ia penuhi, seperti biaya operasional pembelian hewan Qurban, pelaksanaan penyembelihan, upah jagal, operasional distribusi, dan semisalnya. Ini semua sebenarnya adalah tanggung jawab orang yang berqurban.
Terkait dengan daging Qurban, para ulama menjelaskan bahwa jika ada yang menitipkan Qurban dalam rangka nazar kepada panitia, maka keseluruhan dagingnya harus disedekahkan dan bagi orang yang bernazar tidak boleh memakan sedikitpun dari hewan kurbannya .
Namun jika Qurban yang dititipkan adalah Qurban biasa, bukan dalam rangka nazar, maka shahibul Qurban boleh mengambil sepertiga bagian dari hewan Qurbannya dan sisanya disedekahkan.
Kepada kaum muslimin yang belum mampu berqurban, tak perlu bersedih. Mari kita berusaha semampunya. Mari luruskan niat. Semoga tahun depan kita bisa ikut berqurban.
Hal keempat: Petik hikmah syariat Ibadah Qurban sebanyak-banyaknya
Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Melalui syariat penyembelihan hewan Qurban, yang bermula dari kisah nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang mendapat perintah dari Allah subhanahu wata’ala untuk menyembelih putranya Nabi Ismail ‘alaihissalam, kita jadi mengerti dan paham bahwa dalam menunaikan seruan Allah itu butuh pengorbanan. Tidak selalunya enak dan nyaman. Terkadang memang butuh perjuangan, mental yang kuat, dan jiwa pengorbanan yang ikhlas.
Beginilah seharusnya mental seorang muslim dalam menyambut seruan Allah subhanahu wata’ala.
Tentu masih banyak lagi hikmah yang dapat kita gali di balik syariat ibadah Qurban.
Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Demikian materi khutbah Jumat yang dapat kami sampaikan. Semoga empat hal penting menjelang hari raya Idul Adha ini dapat menjadi bahan renungan dalam rangka upaya kita menyempurnakan pelaksanaan ibadah Qurban kita tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اَللّٰهُمَّ اغفر لنا في هذا اليوم، اَللّٰهُمَّ اغفر لنا في هذا اليوم الكريم، اَللّٰهُمَّ كفِّر عنا السيئات وارفع لنا الدرجات، اَللّٰهُمَّ اكتُبنا مع الفائزين، اَللّٰهُمَّ اكتُبنا مع الفائزين، اَللّٰهُمَّ اكتُبنا مع الفائزين يا ذا الجلال والإكرام.
اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّٰهُمَّ ارْحَمْنَا بِرَحْمَتِكَ، اَللّٰهُمَّ اعْفُ عَنَّا يَا عَفُوُّ يَا كَرِيْمُ
اَللّٰهُمَّ سًلِّمِ الْحُجَّاجَ وَالْمُعْتَمِرِيْنَ، اَللّٰهُمَّ سَلِّمِ الْحُجَّاجَ وَالْمُعْتَمِرِيْنَ، اَللّٰهُمَّ وَأَكْمِلْ لَهُمْ نُسُكَهُمْ عَلَى أَحْسَنِ حَالٍ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، اَللَّهُمَّ ارْبِطْ عَلَى قُلُوْبِهِمْ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ، اَللّٰهُمَّ احْفَظْ بُلْدَانَ الْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ احْفَظْ بِلَادَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ